Sidang Majelis Pendeta Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Se-Indonesia dibuka secara resmi oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna
Laoly di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Rabu (17/01/2017). Didampingi Ephorus
GKPS, Pendeta Dr Rumanja Purba, juga Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita,
Yasonna membuka dengan simbolisasi memukul gong tiga kali, dan disambut meriah oleh sekitar 280-an peserta sidang.
Dalam sambutannya, Yasonna mengajak seluruh peserta
yang merupakan para pendeta-pendeta jemaat tersebut untuk bisa ikut menjaga
suasana damai di Indonesia dengan memberikan pengertian kepada jemaat untuk
menjauhi berita-berita hoax, ujaran kebencian dan juga peduli dengan pola
komunikasi di masyarakat dan utamanya di keluarga, yang dinilai mulai menurun karena penggunaan gadget yang kurang tepat.
“Saya berharap sidang ini membangun kebersamaan dan bisa
menyampaikan kepada jemaat untuk tidak terpengaruh berita-berita hoax. Juga persoalan
media sosial dan gadget sudah masuk ke rumah, pola komunikasi sudah terganggu.
Teknologi itu penting, tapi jangan sampai mengatur hidup kita. Berikan terus
kabar-kabar kesejukan kepada anak bangsa semuanya agar kita tetap bersatu.” ungkap Yasonna.
Sementara itu Ephorus Rumanja Purba dalam konferensi
pers mengungkapkan rasa syukurnya, karena pelaksanaan siding ini dapat
dilakukan dengan baik dan bahkan berlangsung di Jakarta, setelah sejak lama sidang
tidak pernah dilakukan diluar daerah. Ephorus berharap ada semangat baru yang
terjadi untuk para pendeta-pendeta GKPS dalam pelayanan kepada jemaat dan terus menjaga adat dan budaya Simalungun.
“Tentu kami bersyukur atas pelaksanaan ini dengan tim
panitia yang sudah bekerja dengan sangat baik. Selain itu pemilihan tempat di
Jakarta, ikut membuktikan bahwa GKPS juga adalah bagian dari negeri ini yang
mencintai Indonesia. Selain itu kami punya dua mandat, yaitu pelayanan memberitakan
kabar baik dan juga menjaga adat dan budaya. Dapat dikatakan tanpa ada GKPS, tidak ada yang menjaga Simalungun,” katanya.
GKPS merupakan gereja pemekaran dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang menjadi mandiri total sejak tahun 1963 dengan memberikan pelayanan bagi lingkungan sekitarnya di berbagai bidang (bukan hanya pelayanan keagamaan saja). Hingga saat ini dalam data internal mereka tercatat terdapat 627 jemaat, dengan 220 ribu jiwa lebih yang menjadi anggota jemaat.